Slide show

[Blogger][slideshow]
Diberdayakan oleh Blogger.

Kontribusi Keturunan Arab

 ARAB YANG DIHINA. . TERNYATA

Memang unik negeri ini, mayoritasnya muslim tetapi pemegang kendali politik banyak yang phobi terhadap Islam hingga Arab yang tempat lahir Nabi Muhammad pun sering sekali diserang. Padahal dalam Islam itu ketakwaan bukan dilihat dari kebangsaannya tapi mungkin karena sudah terlanjur benci.

Repotnya Ujaran kebencian terhadap Arab yang diungkapkan salah satu pimpinan partai beberapa hari lalu itu jadi bikin malu. Pasalnya Arab nggak pernah menjajah kita, bahkan orang-orang yang sering bilang "onta" ke Saudi Arab pun layak malu karena keadaan sosial ekonomi Saudi Arabia jauh diatas kita.

Disana rakyat dapat fasilitas Rumah sakit gratis, sekolah SD sampai S3 bukan hanya gratis tapi dapat tunjangan, Ambulans-pemadam kebakaran- polisi keamanan tersedia dengan jumlah cukup di setiap distrik, aturan lalu lintas jelas dan menggunakan teknologi canggih untuk para pelanggar, KTP sehari jadi, Sistem keamanan membuat orang tidak bisa jual mobil curian bahkan, stempel bisa mewakili orang karena tidak mungkin bisa memalsukan stempel, harga gas sejak 20 tahun lalu tidak ada kenaikan 15 real & roti 1 real, beli bensin nggak kerasa saking murahnya, tidak ada suap aparat pelayanan masyarakat (polisi, hakim dsb) bahkan suap adalah penghinaan, Restoran dan toko -toko diawasi ketat agar tidak merugikan konsumen, setiap adzan seluruh mall & perdagangan tutup untuk seluruh pengunjung shalat berjamaah, dsb dsb. Itulah negeri "onta" yang sering dicaci maki.

Dalam konteks Indonesia ternyata keturunan Arab juga tidak punya riwayat berkolabirasi dengan penjajah, tidak seperti "tetangga sebelah" ... Penulis terkenal Ust Moh Faudzil Adzim menulis sekelumit peran keturunan Arab dalam sejarah kemerdekaan:
__
1953. Indonesia masih miskin saat itu; masih menata sesudah ratusan tahun dijajah. Ketika Bung Karno berpidato di alun-alun kota Matang, lihatlah siapa yang mengawal dan menjaganya. Mereka adalah orang-orang Arab yang sudah melebur menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Adalah Ahmad Baagil, Abdul Aziz Mahri, AR Bahanan dan Ubud Bahanan.

Salah satu pengawal tersebut adalah tetangga Ustadz 'Abdullah Hadrami yang beliau memanggilnya Ami Abdul Aziz Mahri, tetapi lebih populer di lingkungannya dengan panggilan Ajis Petek.

Ini hanya salah satu fragmen sejarah. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia juga dilakukan di rumah orang Arab yang banyak menyumbangkan hartanya bagi negeri ini. Rumah tersebut kemudian dihadiahkan oleh pemiliknya, yakni Faradj bin Said Awad Martak kepada negara. Kalau kemudian banyak di antara kita yang tidak mengenalnya, karena sejarah tidak ditulis secara utuh. Seolah mengabaikan peran besar orang-orang yang sudah nyata-nyata berjasa.

Lambang Garuda Pancasila? Orang etnis Arab juga yang merancang desainnya hingga menjadi seperti sekarang. Dia adalah Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang merupakan sultan Pontianak keenam. Al-Qadri merupakan salah satu fam habaib di Indonesia.

Ini hanyalah sekelumit cerita, semoga mengingatkan kita bahwa saudara-saudara kita etnis Arab sudah semenjak awal menjadi satu dalam gelegak perjuangan di negeri ini

Tidak ada komentar:

Editor Choice

[Editor][stack]

Legenda

[Legenda][grids]

Nomor 1

[Inspirasi][btop]